Pages

Wednesday, January 13, 2016

Keniscayaan Januari dan kepercayaan-kepercayaannya;

Bismillah


Kepercayaan i;

Sepuluh hari berlalu dalam Januari di tahun baru, dengan tanpa walau satu entri. Jujurnya empat draf telah lama tersimpan, malah berkali-kali juga saya mencuba untuk menulis, tetapi mati dengan pekerjaan-pekerjaan harian. Antara dua, sama ada ia secara tepatnya 'mati', atau hati sendiri yang mati. 

Macam kata Shafiq, "Kita menulis dengan kata-kata, sebenarnya kita berkata dengan hati." Jadi kalau hati mati, terang lagi bersuluhlah kata pun mati. Oh, tidakkah? Saya setuju dengan Shafiq sepenuhnya, tentang 'Mengapa Kita Kembali', dan saya juga mempunyai pendirian yang sama seperti ini;

'Saya antara pemimpi yang masih percaya ada orang mahu membaca blog pada tahun 2016. Kasihan ya?' - Nizam Bakeri

Ya, saya juga percaya bahawa blog sememangnya mempunyai sisi romantisnya yang tersendiri. Ia ada, maka saya ada, tuntas!

Nah, sekadar melewah seputar kenangan yang tercatat di dalam sepuluh hari terkebelakang, dan bagaimana kepercayaan-kepercayaan seterusnya pun terwujud;


Kepercayaan ii; 



Bermula dari teater Macbeth ASWARA yang saya tonton Ahad lalu, berkisar seputar golongan raja dan bangsawan. Pada saya, kemuncak penghasilan sesebuah seni selalunya adalah interpretasi seseorang terhadap sekelilingnya. Maka kenapa Shakespeare memilih untuk membangkitkan isu berkaitan golongan raja dan bangsawan, tentunya bersebab. Namun, kekurangan saya di sini ialah saya masih membaca dan menelaah tentang itu.

Tentang teater yang lalu, ia membangkitkan satu kerinduan. Saya suka sekali dengan dialognya, teradun penuh dengan alunan bahasa yang manis, cantik dan indah. Entah, pada saya itulah kekuatan seni dan bahasa adalah salah satu cabangnya. Kadangnya, saya sendiri tidak faham, bagaimana seni itu begitu mampu melenturkan emosi dan mengendurkan perasaan dengan sedemikian rupa.

Wajarlah Dr. al-Mosleh pernah mengungkapkan, 'Pengibaratan yang lembut akan memudahkan penerimaan'. Sebagaimana yang saya juga percaya, bahasa yang lembut akan lebih mengesankan dan mengharmonikan.

Ah, saya sendiri tidak tahu apa yang diperbuatnya ke atas diri kita, hinggakan seni yang sehalus itu, mampu masuk ke dalam kita dan menakluk jiwa kita seluruhnya! Ia membuatkan kita tidak senang duduk, emosi kita rencam dan tidak stabil. Hingga ke hari ini, saya masih musykil. (Hendak dihairankan apa, sebab kewajaran itu ada. Tidak pelik jika al-Quran mampu mengendurkan dan menundukkan jiwa, sebab 'seni'nya adalah dari 'tangan' Tuhan yang menciptakan.)

Tidak begitu arif saya untuk bercerita penuh tentang dunia teater. Namun untuk pementasan yang lalu, paling saya kagumkan ialah pada kemampuan pengarahnya, Ahmad Yatim mengadunkan ciri-ciri lokaliti dalam ceritanya, terutamanya dari sudut bahasa. Meski cerita asalnya hakikatnya adalah bersumberkan karya luar, bukan tempatan.

Indahnya jika pementasan teater sebegini tidak dieksklusifkan untuk golongan tertentu, dengan harga yang tidak termampu oleh rakyat marhaen. Ringkasnya, sayangnya jika tidak ia dibumikan. Maka pengalaman menonton dengan harga tiket RM 10 sekeping, ternyata sesuatu yang saya kira amat baik dan berbaloi demi memperkenalkan teater pada masyarakat. Lagi-lagi jika bahasa Melayu yang seindah itu digunakan sepenuhnya. Cumanya, perhatian saya lebih tertumpu pada;

'Alangkah kalau anak-anak kita di zaman ini, masih tahu menghargai keindahannya!'

Selebihnya, sesungguhnya saya masih belajar tentang dunia teater.


Kepercayaan iii, dan kepercayaan-kepercayaan lainnya;

Menulis selalu memberikan ruang kesedaran. Sederhananya, menulis tidak semestinya menyampaikan kepada orang lain, tetapi terlebih dahulu memberitahu diri sendiri. Akan ada sela masanya, penulis akan terhenyak dengan kata-katanya sendiri. Ini yang paling saya akur, tidak berbelah bahagi. Saya suka saat kata-kata saya sendiri yang menerajang dan menghentam saya berulang kali, setiap kali saya membacanya.

Ada hal-hal yang saya catatkan sebagai muhasabah harian untuk diri saya sendiri. Entahkan ia benar-benar telah terbentuk menjadi kepercayaan diri, dan saya telah imaninya? Meski jujurnya saya masih gagal melakukan ia sepenuhnya, namun saya tahu hati jika diperingatkan, suatu hari nanti ia pasti akan menggerakkan, baik laju atau perlahan.

PERTAMA; Lakukan apa sahaja pekerjaan sehabis baik. Usah terlalu melangit ekspektasinya, demi mengejar kesempurnaan diri sendiri. Kita tidak akan bahagia, jika selalu kecewa dengan diri sendiri.

KEDUA; Hargai orang-orang yang kita punya, syukurilah apa-apa yang kita ada. Jangan pernah cuba-cuba membandingkan dengan kehidupan orang lain. Allah Maha Adil dalam memberi, Dia tidak pernah salah.

KETIGA; Muraqabatullah (kebersamaan Allah) selalu wujud dalam al-Quran, dalam nawafil, dalam zikir dan pekerjaan harian. Jika kita ingat Allah, Dia akan ingat kita. Jika kita mengajarkan hati untuk mengingati-Nya, sampai satu detik hati pula yang akan mengingatkan diri untuk kembali, sejauh mana pun kita tersasar.

KEEMPAT; Hablunminannas (hubungan dengan manusia) selalu terkait hubungan dengan Allah. Andai ada yang keruh, maka pengabdian kita pada Dia-lah perlu dimuhasabahkan semula.

KELIMA; Subuh adalah waktu keterjagaan. Andai Subuh cemerlang, perjalanan hidup seharian akan cemerlang, tidak kusut bahkan tenteram. Saya percaya ini sesungguhnya, sebab saya percaya pada sabda Baginda; adanya pergiliran kedatangan malaikat setiap waktu Subuh dan Asar;


Wajar, Saidina Umar begitu mencintai Subuh, hinggakan diambil nyawanya pada waktu yang dia paling cinta. Jika kelam hari saya, maka saya tahu antara puncanya bersebab Subuh saya yang kelam.

KEENAM; Al-Quran selalu merawat, melentur, menunduk jiwa. Saya percaya marah, kusut, putus asa, dan sangka buruk saya ialah pada lantunan tilawah yang kering! Setiap kali perasaan jelik ini muncul, al-Quran dengan tiba-tiba akan mencantikkan dan merasionalkan semuanya. Dari mana magis ini, oh Tuhan? Setiap hari adalah hari bertemu manusia, maka bacaan al-Quran yang hari-hari (walau semuka) itu, saya percaya ada magis dan ajaibnya yang tersendiri.

KETUJUH; Tidak perlu berhajat mengubah orang lain, jika diri sendiri masih gagal untuk diubah. Prosesnya berbalik; jika kita mampu berdisiplin dalam mengubah diri sendiri, secara automatik 'aura' dan 'gelombang' itu akan mengena dan terkena orang lain. Allah Maha Adil, ukuran, penilaian dan tindakan-Nya tidak pernah salah; tepat dan seimbang!

KELAPAN; Kita akan lebih mencintai seseorang, jika mata dan hati kita cuma menilai pada segala kebaikannya. Pejamkan sahaja mata dan hati pada segala kekurangannya, sebab kita juga ada kelemahan tersendiri yang maha halus dan banyak! (Terima kasih Sayang, untuk cinta, penerimaan, pemahaman, dan perhatian!)
KESEMBILAN; Ikatan doa adalah ikatan yang paling kukuh dan ampuh. Meski jauh, doa akan selalu mendekatkan dan menghubungkan. Kalau cinta, tuturkanlah doa. Meski masih belum terwujud cinta, tuturkanlah doa. Dengan kekuasaan ar-Raheem, percayalah keikhlasan akan selalu sampai, tepat pada jiwa-jiwanya. 
KESEPULUH; Tutur kata yang baik adalah cerminan hati dan jiwa. Tiada carutan, tiada makian, tiada hinaan, tiada bersangka-sangka. Bagi yang warak, entahkan keluhan pun menjadi pertimbangan.  
KESEBELAS; Perbanyak infaq dan pemberian. Ketidakcukupan sering terjadi, barangkali mungkin kerana tiada keberkatan pada rezeki. 
KEDUABELAS; Baca, baca, baca dan tulis.

Untuk setiap niat yang baik, Allah pasti membersamai. Terakhir, saya tahu dan percaya sesungguhnya, kalaupun saya tiada, Dia ada dan selalu ada. Sekian, selamatlah menemukan jiwa!

"SOMETIMES, THE ONLY WAY TO EVER FIND YOURSELF IS TO GET COMPLETELY LOST." - Kellie Elmore


4 comments:

Ainum Lathifah said...

macbeth huwaaa T_T

Umairah. said...

Ainum Solehah;
alolololo, kenapa T.T
meh datang KL, minggu ni ada tayangan Hamlet pulak di ASWARA.

Unknown said...

salam alaik, akak :)

cuma salah seorang pembaca asing di sini.

suka part "kepercayaan iii dan kepercayaan-kepercayaan lainnya"
terima kasih sudi menulis mewakili hati. eheh.

barakallahu fik, ukhty <3

Umairah. said...

bintu muhammad;

waalaikummussalam adik.
ameen, terima kasih juga kerana membaca.

waiyyaki :)