Pages

Friday, February 13, 2015

sepetang Jumaat, dan sebuah rekonstruksi jiwa;

bismillah
 
(i)
 
melepasi fasa-fasa sukar, akan selalu Dia iringkan dengan satu emosi atau perasaan khusus. entah, kalau ditanya apa objek yang terpaling ingin saya lukiskan, adalah perasaan saya sendiri. walaupun ya, memang mustahil sebab pertamanya, saya tidak mahir melukis, (err) macam Toyu dalam TDL. kedua, hal-hal seseni perasaan, adakah yang mampu melukiskannya? sebab hakikatnya, orang melukis 'dengan' perasaan, bukan melukiskan perasaan itu sendiri! 
 
cukuplah, satu patah kata Umar R.A untuk menerangkannya, "fa tabarakallahhu ahsanul khaaliqin (maka tabarakallah, pencipta yang paling baik)" yang menjadikan dan menciptakan manusia (al-Mukminun: 12-14), bahkan objek-objek dan hal-hal seseni perasaan ini.
 
saya suka, sebab meski 'pahit' dan 'sakit' di awalnya, namun perasaan-perasaan ini akan selalu menjejak saya ke belakang, berpatah semula ke satu-satu peristiwa dan membuatkan saya selalu 'terjaga' dan 'tersedar'. ada sebabnya, Allah mengkhususkan satu-satu perasaan itu begini dan begitu rasanya, menjadikannya ia sesuatu kejadian yang istimewa, sama ada baik mahupun buruk.
 
logiknya, kalau 'sakit', sebagaimana yang Ustazah Yasmin Mogahed katakan, kita akan selalu tersedar, dan cepat-cepat mengundur. persis keadaannya andai tangan terkena objek yang panas, kita akan cepat-cepat menarik tangan, demi melindungi diri dari rasa sakit. sebegitulah jua, Allah 'melindungi' hamba-Nya dari keterikatan yang tidak wajar dia dahulukan, melebihi Dia sendiri, sebab hati hakikatnya sedang disakiti.
 
meski tak termampu kita melukiskan perasaan, namun membelek semula kesemua entri lalu (matang, budak-budak, remuk, hancur, baik, buruk) yang mengundang kesemua perasaan 'malu', 'sakit', 'pahit', 'manis', dan 'suka', hakikatnya pertama-tamanya yang akan termuncul adalah;

"terima kasih Allah untuk kesemuanya!"
 
sebab musibah atau nikmat selagi datangnya dari Allah, sebagaimana yang dituliskan oleh Ustaz Salim A. Fillah dalam bukunya Dalam Dekapan Ukhuwah, memetik kata-kata sepasang anak beranak;

"kami tidak tahu ini rahmat atau musibah, tetapi kami berprasangka baik dengan Allah."

all is well; kesemuanya akan baik-baik saja dari-Nya, dan dengan izin-Nya.
 
(ii)
 
 
ahhhh, saya terlalu cemburu dengan orang yang dikurniakan al-hilm. sebagaimana kebaikan akan menghantarkan kepada kebaikan yang lain, maka sifat al-hilm ini akan selalu mampu memunculkan hati dengan sifat-sifat yang lain; sabar, tenang, lapang, dan lembut. pada saya, hati yang sebegini akan selalu mendorong pemiliknya berbuat apa saja jenis kebaikan, baik sukarela atau paksarela. jujur, teruntuk seorang saya, ini sangat sukar. bukan, sangat-sangat sukar!
 
dia mampu tersenyum pada semua orang, meski hatinya sedang sangat bersedih. dia boleh begitu bersemangat, meski hatinya sedang dirundung duka. logiknya, bukankah kita hanya akan 'cenderung' dan 'terbuka' untuk melakukan sesuatu kebaikan, apabila hati sedang bergembira? saat itu, tidak perlu disuruh, ringan saja mulut menyebutkan 'ya', untuk apa saja kerja baik mudah atau sukar.
 
namun, tidak untuk hati yang tenang ini, dia fleksibel bila-bila masa sahaja. takkan ternampak segaris duka sedikitpun, bahkan tersembunyi kesemuanya di dalam, hingga dia pula yang mampu memberi dengan sesungguhnya!
 
"not letting our mood affect the way we treat people is a forgotten sunnah" - sh nouman ali khan
 
ahhhh, saya terlalu cemburu dengan hati yang tenang. pada saya, hati yang tenang ini, tidak pernah bersangka-sangka, jauh sekali cemburu buta atau berhasad dengki, bergembira dengan kegembiraan dan kenikmatan orang lain, bersedih dengan kesedihan dan musibah orang lain, membuatkan orang selalu merasakan ada sesuatu, menghargai sebesar-besar jasa atau sekecil-kecilnya, meraikan dengan simpati bahkan empati, mudah memaafkan, berlapang dada menerima nasihat dan kritikan, jauh sekali menyimpan rasa, bahkan tidak pernah memperkecilkan dirinya, apatah lagi orang lain, hmm.
 
"jangan buat orang rasa jahat dengan kebaikan kita. jangan buat orang rasa kurang dengan kelebihan kita. jangan buat orang rasa duka dengan gembiranya kita. banyakkan mengajak, kurangkan mengajar. biasakan menggalak, jauhi menyalah. pilih cara positif, tinggal cara negatif."  
- ustaz hasrizal abdul jamil

pastinya, hanya orang yang begitu dekat dengan Allah, akan mampu 'setenang' ini. oh, bukankah?

"sesungguhnya kamu mempunyai dua akhlak yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya, iaitu sifat al-hilm (lembut/tenang/mampu menahan emosi) dan al-anah (sikap tenang dan tidak tergesa-gesa)." (HR Muslim)

"jika Allah menginginkan kebaikan bagi sebuah anggota keluarga, maka Dia akan memasukkan kelembutan (al-rifq) kepada mereka." (HR Ahmad)
 
wahai al-Haleem, ilhamkanlah kami untuk selalu mendekati-Mu, dan rezekikanlah kami dengan sifat al-hilm, oh Allah!
 
 

No comments: