A: Teman, tidakkah kau rasa nikmatnya bertuhankan Allah? Nikmatnya mencintai Allah? Indahnya merindui Allah?
B: Seperti kata Nabi Ibrahim, dia bukan tidak percaya. Tapi, dia sungguh perlu pada keyakinan, agar hatinya mantap dan teguh dengan imannya. Maka, dia meminta Allah memperlihatkan bagaimana Dia menghidupkan hidupan yang telah mati. (Al-Baqarah:260)
Maka teman, yakinkanlah aku! Agar mampu aku rasa sebagaimana yang kau rasakan. Agar aku lebih dekat dengan Tuhan kita. Lebih cinta, lebih rindu, lebih tunduk, lebih yakin, lebih patuh, lebih taqwa dan lebih iman.
A:
Sistem Allah membenarkan kita bebas.
Bertuhankan nafsu, aku lemas. Makin dituruti, makin sesak. Makin bertambah-tambah keinginannya, hingga aku letih benar mendaki. Tak pernah cukup. Dan tak pernah puas.
Bertuhankan manusia, aku penat. Dalam seribu satu manusia yang ada di muka bumi, ada seribu satu kehendak, cara, pemikiran. Aku sering keliru untuk menuruti kehendak yang mana. Mungkin kerana inilah, Imam Syafie pernah berkata, "Adalah mustahil untuk memenuhi kehendak dan selera semua manusia!"
Bertuhankan Allah, Dia hanyalah satu. Tiada yang lain. Maka, keliruku yang tadi hilang. SistemNya mencakupi seluruh alam, sesuai peredaran masa atau zaman. Tidak akan ada yang mampu mempertikaikan hukumNya, syariatNya. Benar melainkan benar. Walau jutaan manusia menghalangimu, tapi dengan adanya Allah, kau telah miliki segalanya.
Meski sakit, pedih, sukar untuk menempuh jalan panjang ini, ada ketenangan jiwa. Ketenangan dan kebebasan itulah yang aku mahu selalu rasa. Bukankah itulah puncak matlamat hidup kita? Nafsul mutmainnah (jiwa yang tenang), yang digambarkan dalam Al-Fajr, ayat ke-28?
B: Semuanya masih kabur, dan aku masih tak nampak. Ianya terlalu..subjektif!
A: Ada benda yang kita kena rasa dengan hati, bukan lihat dengan mata. Indahnya Islam, hal-hal ruhiyyah diambil kira. Kerana itu, Rasulullah berpesan, bahawa taqwa itu ada di sini, yakni di dada. Dan, eloknya budi pekerti datang dari sini, yakni hati.
Telusurilah perlahan-lahan. Andai tadi, kau kenangkan permintaan Nabi Ibrahim kepada Allah, maka harus juga kau 'arif perjalanannya mencari Allah (Al-An'am:74-79). Pada saat dia melihat bintang. Pada ketika dia merenung bulan. Pada waktu dia mengagumi matahari. Dia menghayati, dan dia berfikir dengan batas-batas ilmu yang dia punya. Langsung berdoa dan berdoa, agar Allah melepaskan dia dari segala sesuatu yang tidak benar.
B: Allah.. (menangis)
"Ya Allah, lepaskanlah aku dari segala sesuatu yang tidak benar. Berikanlah aku hidayah. Terangilah akalku, cerahkanlah hatiku, dan lorongkanlah langkah-langkahku. Sesungguhnya aku buta, aku jahil, dan aku keliru."
Amin.
No comments:
Post a Comment