ENTRI TERTANGGUH.

 "Speak your mind even if your voice shakes."   ― Maggie Kuhn

Bismillah

Katanya suatu hari, ramai yang mungkin akan 'kecewa' apabila membaca dan mengenali saya sebagai penulis (blogger) dan 'saya' secara peribadi, sangat jauh berbeza. Dia tidak mampu mentafsir keikhlasan saya, sebagaimana tulisan-tulisan jujur saya. Terus-terang, saya sangat berterima kasih dengan keberaniannya untuk menyatakan perasaannya terhadap sikap saya yang satu ini.

Merefleksnya semula, ya memang ada benarnya.

Entah bagaimana untuk saya jelaskan tentang ini, atau (sebetulnya, saya tidak perlu pun ambil peduli, atau kisahkan sedikitpun), kerana orang yang sejujurnya mencintai tidak akan pernah pun memerlukan sebab. 

Atau memang, untuk sesetengah keadaan, cinta pun memerlukan sebab? Dan saya perlu juga untuk menyenaraikan alasan-alasan agar lebih jelas termaklum? Tetapi, apakah nanti, saya yang akan menjadi orang yang terlalu defensif, meletakkan seluruh keadilan atau pembelaan terhadap diri sendiri?

Ah, entahlah. 

Cuma ini, mungkin cukup untuk menjelaskan;

"INFP personalities are quite difficult to get to know. Even their closest friends may often find it tricky to convince the INFP to open up and reveal their feelings. 

People with this personality type do not care much about how many friends they have; the quality of those friendships is far more important.

That being said, people with this personality type are likely to be quite private when it comes to their own feelings. Again, INFPs do not feel comfortable revealing their sensitive inner core to people they do not know well."

Source

Tulisan; saya hakikatnya bercakap dengan diri saya sendiri. Proses membaca hati saya sendiri, mentafsir akal saya sendiri, dan menyampaikannya sedikit demi sedikit dalam bentuk yang paling saya yakin dan percaya. Ia macam proses mengenali diri saya sendiri. Saya masih bebas memilih perkataan. Saya masih diberi pilihan untuk menyatakannya secara terbuka atau tersembunyi. Hakikatnya, ini sememangnya lebih mudah bagi saya.

Namun, untuk berdepan, dan 'mempamerkan' hati secara terbuka, jelas dan terus-terang, (ya!) saya sangat 'pemilih' orangnya. Terlalu! Pemilih kepada 'siapa' harus saya jelaskan, terangkan, ceritakan. Atau bahasa mudahnya, saya lebih rela diam dan disalah anggap, berbanding harus menceritakan kesemuanya dari A hingga Z. Sebab bagi saya, bercerita tetapi tidak difahami itu lebih menyakitkan. Hmm?

Oh, rumitnya seorang saya!

Maaf, untuk yang mungkin mendapati saya berbeza. Terima kasih untuk yang jujur menegur dan berniat baik untuk memperbaiki kelemahan saya.

Sewaktu ditegur tentang ini, betapa saya merasakan hakikat meluruskan ego tidak mudah, apatah menelan kekurangan diri di mata orang lain. Kita mahu keadilan tertegak. Kita mahu memberikan seribu alasan. Kita mahu membela diri. Kesemuanya! Namun, mengambil semangat seorang kawan, "accept advice from people, ignore judgement", mampu mendiamkan diri sekejap, mendengar dan menerima.

Ah, betapa ketaksempurnaan selalu buat saya rasa sempurna menjadi seorang manusia!

Terima kasih, kawan!

"As much as you can, keep dunya (worldly life) in your hand - not in your heart. That means when someone insults you, keep it out of your heart so it doesn't make you bitter or defensive. When someone praises you, also keep it out of your heart, so it doesn't make you arrogant and self-deluded. When you face hardship and stress, don't absorb it in your heart, so you don't become hopeless and overwhelmed. Instead keep it in your hands and realize that everything passes. When you're given a gift by God, don't hold it in your heart. Hold it in your hand so that you don't begin to love the gift more than the giver. And so that when it is taken away you can truly respond with 'inna lillahi wa inna ilayhi rajioon': 'indeed we belong to God, and to God we return'."

- Yasmin Mogahed