Pages

Friday, March 7, 2014

ROOFTOP RANT (I)

bismillah 

suatu pagi, dari pagi-pagi yang indah;
"umy, terima kasih sebab ironkan baju"
"akak, terima kasih sebab masakkan"
 "oh mudah je"
"oh, itu pun mudah je"
"ceh, tak nak kalah"
 --

pandangan dari tingkap rumah

hampir setahun menetap bersama 'keluarga' baru, jujurnya saya seolah-olah berada dalam fasa melengkapkan separuh agama. oh, ini sungguh hiperbola!  

membuat hal-hal yang saya tidak pernah suka, mengetahui hal-hal yang saya tidak pernah tahu, mencuba hal-hal yang saya tidak pernah teroka, dan paling penting, memahami orang-orang yang kenal, namun belum mesra.

sebetulnya, saya sedang dalam proses memahami bahasa cinta seorang demi seorang. 
 
terutamanya, tentang seorang ini. khidmatnya selalu terdahulu berbanding orang lain. sejak menelaah 'The Five Love Language' karya Gary Chapman, baru saya tersedar rupa-rupanya bahasa cinta kakak saya yang seorang ini adalah servis atau perkhidmatan. dominannya, dia akan masuk ke dapur hampir setiap pagi, dan berusaha menyediakan sesuatu buat semua. misalnya, cucur. oleh sebab saya juga yang terhampir dengannya, maka dia jugalah yang akan selalu bertanyakan 'sedang di manakah saya', atau 'akan ke manakah saya', hampir setiap hari juga.
 
sungguh, saya sangat menghargai. namun, untuk orang yang sedia 'bebas' sejak dulu, hal-hal ini bukanlah sesuatu yang biasa dan mudah bagi saya. hakikatnya, saya senang melakukan kerja-kerja sendiri, bergerak bebas sesuka hati atau terma paling ringkas, mungkinlah saya seorang yang (macam) berdikari.

impaknya, sikap ini, kata Gary Chapman cenderung membuatkan saya merasakan, orang lain pun turut sama seperti saya. maka, layanan saya pun akan sama sebagaimana saya 'melayan' diri sendiri.

"..consequently the focus of their lives is looking out for their own needs. they expect everyone else to do the same. "why should i do something for others they can do for themselves?" is their way of thinking."

sepertinya, (macam) individualistik tetapi begitulah. malah, kata Gary Chapman lagi;

"if you happen to be rooming or working with a person with this orientation, you had better ask before you give her (or him) an act of service. if you clean her bathroom while she is away, she may be offended. 'she thinks i wasn't doing my job' is likely the thought that will run through her mind. to you it was an act of love, but to her it was an insult"

hmm, begitulah.


ternyata, tindakan saya ini salah! pastinya, layanan saya ini akan membuatkan orang yang bahasa cintanya adalah 'servis' akan merasakan saya tidak menyenangi atau menyayanginya.

namun, dalam ukhwah, Hasan al-Banna mengatakan; "serendah-rendah tingkatan ukhwah adalah salamatussadr (berlapang dada), dan setinggi-tinggi tingkatannya adalah ithar (mengorbankan kepentingan diri)".

justeru, saya anggapkan saja ini adalah proses untuk lebih 'mematangkan' hati. lebih sabar, lebih lapang, lebih teguh, lebih sensitif, lebih peka.

"akak, i love you not only for what you are, but for what i am when i am with you. " - elizabeth barret

moga saya dapat lebih banyak belajar, dan moga housemate saya juga mampu bersabar dengan saya!

heh.

--

suatu hari, bergurau-gurau manja di whatsapp, Ummi pernah tanyakan tentang ini.

jawab saya ringkas, "..paling penting suka membaca". sebab nanti senanglah saya, kalau ada sesuatu konflik yang tidak memuaskan hati, tidak perlu susah-susah banyak bercakap, dan saya cuma perlu belikan atau hadiahkan buku! (okay, #inisemuapoyo)

jyeah!




ps: baca dan bangkit! al-kahfi dulu yuk. jum'ah mubarokah!

2 comments:

Ami said...

"..paling penting suka membaca". sebab nanti senanglah saya, kalau ada sesuatu konflik yang tidak memuaskan hati, tidak perlu susah-susah banyak bercakap, dan saya cuma perlu belikan atau hadiahkan buku!"

kita sama... :)

Umairah. said...

peace.
^^v