Pages

Monday, July 15, 2013

refleks Ramadhan (i);

bismillah
 
Ramadhan 4


mesej Ummi Walid. mungkin tergerak oleh kata-kata pentazkirah di pagi Subuh dingin yang sungguh menyentuh, "pernah kita berterima kasih pada mak ayah?"
"Ummi Walid, terima kasih sebab hantar Akak belajar mengaji al-Quran. alhamdulillah, hari ini Akak dapat baca al-Quran. moga setiap kali Akak baca, pahalanya akan sampai untuk Ummi Walid. selamat mengkhatam al-Quran dalam Ramadhan!"
bukankah satu kenikmatan mampu menatap, memegang, menutur satu-satu huruf dalam al-Quran, terlebih-lebih dalam Ramadhan?

adakalanya, mungkin ‘bukan’ dari tangan-tangan mereka, tapi ‘masih’ dari tangan-tangan mereka, hari ini kita mampu melakukan sesuatu. kalaupun ada anak yang masih tak berkesempatan merasainya, kekurangan itu bersebabkan Allah sedang menyediakan kita untuk menjadi ibu bapa yang lebih baik, pada anak-anak sendiri kelak, insyaAllah.

bukankah dalam segala kekurangan, selalu mengajarkan ‘erti’ dan ‘hikmah’ kebaikan? terima kasih untuk kekurangan dan kelebihan, sebab kita sentiasa dapat belajar sesuatu.

Ramadhan 5

sebenarnya, pandangan seseorang pada dirinya sendiri, sangat menentukan; "bagaimana dia memandang orang lain memandang dirinya."

bila sering-sering memandang diri dengan pandangan yang negatif, akan terdorong untuk membuatkan diri memandang orang lain dengan pandangan yang negatif juga.

hinggakan, tanggapan-tanggapan yang ‘dicipta’ dalam kepala sendiri, akan membuatkan segenap dan seluruh kasih sayang yang sepatutnya dialirkan dengan mudah tertahan-tahan. tersekat, hingga dia lebih rela menjauh. hanya cuma bersebabkan dia merasakan orang lain memandangnya, sebagaimana dia sering 'mengecam' dirinya sendiri.

sebab itu mungkin, sering-sering ada kata-kata yang mengajarkan, "belajarlah terlebih dulu mencintai diri sendiri, nescaya kita mampu pula mencintai orang lain."

sebab itu juga mungkin Rumi pernah menuliskan; "protect yourself from your own thought."

mengimbas bacaan "tuesdays with morrie", halaman 166;
"it’s not just other people we need to forgive, Mitch," he finally whispered.

"we also need to forgive ourselves."

"ourselves?"

"yes. for all the things we didn’t do. all the things we should have done. you can’t get stuck on the regrets of what should have happened. that doesn’t help you when you get to where i am"

beri peluang pada diri untuk memperbetul kesilapan, dan berusaha untuk memperbaiki kembali. Allah ada, selalu ada!

Ramadhan 6

halaqah semalam, murabbi membawakan kisah seorang cucu dan atuk. kisah soalan si cucu yang menanyakan perihal membaca al-Quran;
"kenapa harus memperbanyak bacaan al-Quran, sedangkan kita tak faham sepatah pun, dari isinya?"

jawapan si atuk cuma berbentuk arahan, agar cucunya memikul sebuah bakul berlubang; bekas simpanan arang. kemudian, dia diminta mengisi air di dalamnya hingga penuh. air yang didapatkan dari sungai, seterusnya diminta pula dipindahkan ke dalam baldi yang lain.

berkali-kali si cucu melakukannya. al-hasilnya, bekas yang berlubang tak dapat sedikit pun menampung isian air. cuma satu yang luar biasa terjadi, bakul yang hitam bersebabkan arang tadi, makin tertanggal kotorannya malah makin bersih.

meski faktor ‘masa’ adakalanya tak menyempatkan kita untuk tadabbur setiap baris ayat, moga kesediaan dan usaha kita memperbanyak tilawah (pesanan untuk diri sendiri) hari demi hari, ada kotoran hati yang tertanggal sedikit demi sedikit!
 
"andai tidak mampu untuk berbuat semua, usahlah ditinggalkan semua."

ayuh, khatam berkali-kali!

Allah, permudahkanlah.
ameen.




No comments: