Pages

Wednesday, July 29, 2015

di suatu hari menikmati Wall's Selection Oreo;

bismillah



(i)

manisnya menonton The Lunchbox sambil menjilat Wall's Selection Oreo bersama orang-orang yang kita suka!


 
 
bagi saya, filem ini keseluruhannya seputar pemaknaan hidup, memotret dua jalur hidup yang berbeza, Saajan dan Ila. namun hari ini, sewaktu menuliskan ini, saya teringat-ingatkan semula komentar pendek *Faaizz (baca nota kaki) tentang filem ini sebelum kami menonton;
 
"cerita ni slow sikit. pasal midlife crisis. people change!"
 
spesifiknya, (MARRIAGE) AND MIDLIFE CRISIS. jangan tidak tersedar dengan hakikat bahawa di usia 55 tahun juga, si suami boleh sanggup menceraikan isteri meski sudah bertahun-tahun mengharungi asam garam hidup bersama, hmm.
 
apapun, saya paling suka babak pemergian ayah Ila, sewaktu ibunya tenggelam dalam perasaannya sendiri; "i was always worried, of what would happen to me when he passed away. he was so unwell lately."


 
 
ironinya, tak ada yang dia minta dari anak perempuannya ini, melainkan satu; dia lapar dan mahukan roti prata. oh please, di waktu segenting ini, di hari pengkebumian?

"but now, i just feel hungry.

i never loved him.

maybe in the beginning i did, when you were born. for many years now, twenty five years i think, i have not loved him. but i made breakfast for him, every morning. lunch. dinner. breakfast. lunch, dinner."
 
entah, saya rasa babak ini paling sukses membuatkan saya bersoal jawab dengan diri sendiri; adakah kita juga bakal rasa jemu, bosan dan kosong? adakah kita juga akan melalui fasa yang sama dengan cara yang sama? apakah definisi 'cinta' pada kita kekal, untuk masa terkebelakang, saat ini dan masa depan? 
 
atau kita macam Ila, macam Saajan, atau kita nanti seperti ibu Ila yang cuma rasa lapar? bezanya bukan prata yang kita inginkan, tetapi kita lebih mengidam Nasi Ayam Penyet dan Wall's Selection Oreo, hmm.

"yang harus kau belajar adalah bagaimana mencintai. bukan bagaimana untuk dicintai."  
- risalah cinta, khalil gibran


(ii)

saya bukan jenis orang yang ekspresif. maka, ekspresi wajah, lintasan hati, huruf/perkataan dan diam adalah 'suara' saya yang sebenar-benarnya. serius, susah menjadi orang yang tidak pandai mempamer perasaan ini, woi. alexithymia sungguh!

tiga hari lepas, jujurnya saya tahan diri daripada menulis. 'bisu' rasanya bila tak menulis, pandangan/perspektif dan harapan pun mati; tak jelas dengan apa yang saya fikir, tak tahu apa yang saya rasa. dengan menulis jugalah, saya mencintai dan menghargai. ah, besarnya pekerjaan 'menulis' pada seorang saya! dengan cara itu sahajalah saya mendengar dan memperdengarkan 'suara' hati sendiri. sobs, miskinnya!

sayakah yang prejudis dan skeptis terhadap diri saya sendiri, dengan menimbulkan tanggapan dan persepsi yang kotor dan negatif? entah mengapa, saya cuba untuk menemukan diri yang hanya bercerita seputar hal-hal lain selain rumahtangga. apa buruk sangatkah bercerita tentang ini atau saya sahaja yang terlalu pesimis? bayangkan seseorang yang sejak dulu bercerita tentang hal-hal seputar dirinya cuma, lalu bagaimana dia kini untuk tidak bercerita tentang hal-hal yang sama? maka menuliskan hal-hal lain dan bukan tentang diri sendiri, membuatkan saya rasa 'jauh' dan tulisan saya 'kosong'.

jadi, saya memilih untuk jadi diri saya sahaja; menuliskan tentang saya seperti selalunya. ah, sebetulnya siapapun yang menghalang, kalau bukan diri sendiri? ergh!

"lontarkan
...kalau tidak ia meracun
kongsikan
...walau hanya pada awan-awan"
- hlovate 


(iii)

saya rasa saya terlalu perfectionist untuk hal-hal tertentu yang saya sahaja yang tahu. hinggakan saya cenderung sedih apabila tidak dapat mengerjakan sesuatu seperti yang dirancang, atau putus asa dan kecewa apabila ekspektasi saya tersasar. anehnya, saya boleh pula berdamai dengan kelemahan dan kekurangan orang lain, tetapi tidak dengan kelemahan dan kekurangan diri sendiri. pendek kata, saya akan cepat rasa down, fuh (walaupun) sesetengah orang merasakan saya cool dan tenang sahaja, hmm (lagi).

kesannya, saya akan buat sesuatu pekerjaan sekerat jalan, atau ubah keputusan tiba-tiba atau elak cabaran baru dan adalah perbuatan-perbuatan lain yang tidak senonoh dilakukan. hinggalah suatu hari, sewaktu memberitahu tentang sesuatu (entah apa isunya) kepada Faaizz, dia cuma bertanya;

"awak tahu 'wife perception' tak?"
"tak."
"laaa, tak tahu?"

cis, geramnya saya pada waktu ini.

sesudah itu, dia tenang dan diam sahaja tanpa berkata atau menjawab apa-apa. saya diam juga, tapi diam-jenis-jari-kalut-google 'wife perception' yang dimaksudkan, dan saya terjumpa ini;




oh?

"kalau selalu hidup dengan persepsi dan ekspekstasi yang melangit, hingga ke sudah kita tidak akan pernah reti untuk menikmati dan bergembira."

sekurang-kurangnya, itulah 'take-home-message' yang saya beritahu diri saya sendiri berulang-ulang kali, (masih) hingga ke hari ini pun!

"smile, be happy, it's contagious. there's nothing that spreads faster than happiness." - michael daaboul

(iv)

"i think we forget things if we have no one to tell them to." - saajan, the lunchbox
 
 
tegurlah saya apa sahaja kawan, baik diam ataupun berontak saya, pastinya selalunya mengiyakan. ada masanya, bukan di waktu itu, tetapi rasionaliti dan kesedaran saya termuncul di waktu-waktu lain.
 
saya juga pernah terbaca satu quotes lain yang berkait, "if you keep reminding your heart about Allah, there will come a time when your heart will remind you of Allah."
 
sejujur itu mungkin, lintasan hati selalu mengingatkan gerak yang tersasar, amalan yang tertinggal, muhasabah yang terkurang dan sebagainya, hingga semuanya menjadi lurus dan elok semula.   
 
untuk struggle hari-hari yang adakala kita tewas dan adakala kita menang, mungkin itulah sebabnya saya sangat suka doa ini. pada saya, ia cukup-cukup manusiawi dan sebegitu hampir dengan fitrah! ajaran doa Rasulullah yang ini, bukan sahaja meraikan kelemahan, bahkan menawarkan harapan teruntuk hamba yang jatuh bangun dalam pengabdian (macam saya), hmm.
 
allahhumma a'inni 'ala zikrika wa syukrika, wa busni 'ibadaatik.

ya Allah, bantulah aku untuk mengingati-Mu, mensyukuri-Mu, dan beribadah dengan paling baik kepada-Mu.

________
nota kaki
*sebab akan berulang entri terkedepan:

(Faaizz) : nama suami. takkan sebut Encik Suami/Zauji (kot). belum apa-apa, jenuh dia (eeeeeeeeeee)-kan saya dulu nanti. sebut nama sajalah, sekurang-kurangnya bermaksud. spesifiknya, Amirul Faaizz (pemimpin yang berjaya), hiks.
 

4 comments:

nur syuhada roslan said...

tersenyum baca part paling bawah. sejenis yg sama juga- euww kalau sebut encik suami/zauji (personal opinion, no offense hahah). prefer sebut nama seketul :D

Anonymous said...

Umairah.

syu;
rindunyaaaaa kat syu dan sembang intelek kita! eceh, hehe
keep writing please.

ps: ada je orang baca tau, hiks.

Anonymous said...

Akak Umairah;

Bagaimana akak mendepani situasi seorang ayah yang membencikan anaknya, pasangan anaknya, cucunya?

Perlukah kita sebagai anak menghormati dan berbuat kebaikkan kepadanya lagi, sedangkan dia sudah tidak menganggap kita sebagai darah dagingnya?

Sebagai seorang anak, bagaimana caranya akak berusaha untuk mengubah menjadi keluarga harmoni, mawaddah dengan keadaan yang tak mengizinkan seperti sekarang?

Anonymous said...

"menjilat Wall's Selection Oreo"!?
" menjilat"!?
Eeeeeeeeeeeeeeee