Pages

Monday, December 15, 2014

AKU DAN SOALAN-SOALAN RUMIT.

bismillah




nah!

kalau belum awak tahu (sememangnya awak tidak tahu), saya ke hospital beberapa minggu lalu, menziarah salah seorang kawan yang kemalangan. tahukah awak, saya lihat orang ulang-alik ke sana ke sini, saya lihat wajah takut dan cemas, saya lihat famili yang begitu prihatin, saya lihat orang terduduk letih di kerusi-kerusi, saya lihat mereka yang betah menunggu sambil membaca, bahkan tidak kurang juga yang bermenung di koridor-koridor. 

sebetulnya, saya telah melihat cinta dan harap! oh apakah ini satu-satunya tempat; cinta dan harap paling banyak dibumi dan terbumi? untuk bau yang sesekali begitu menyengat hidung, dan pemandangan yang sewajarnya tidak menyedap mata, bagaimana mungkin inilah antara tempat yang paling banyak diperlihat kelemahan, ketidakberdayaan, kebergantungan, lebih-lebih lagi kejujuran? sungguh magis, bukan?

kesemua ini benar-benar memasukkan saya ke dalam diri saya sendiri, hingga terus-menerus bertanya tentang 'aku', dan membawa 'aku' langsung kepada Dia, bahawa betapa tiada apa-apanya 'aku' ini! 

ahhh, ia benar-benar penemuan kepada sebuah tafakkur yang indah! tahukah awak, kesemua ini benar-benar mengingatkan saya pada satu figur, dr. mustafa as-siba'ie dan kata-katanya yang pernah saya baca. barangkali awak terlupa, dan inilah pesanannya;

"ziarahlah ke mahkamah setahun sekali, supaya engkau tahu kurnia akhlak yang Allah berikan kepadamu. ziarahlah ke hospital sebulan sekali, supaya engkau tahu kurnia sihat yang Allah berikan kepadamu. ziarahlah ke taman seminggu sekali, supaya engkau tahu kurnia indahnya alam yang Allah berikan kepadamu. ziarahlah ke perpustakaan sehari sekali, supaya engkau tahu kurnia akal yang Allah berikan kepadamu. ziarahlah kepada Rabbmu setiap saat, supaya engkau tahu kurnia nikmat kehidupan ini yang Allah berikan kepadamu."
 
ia juga tiba-tiba langsung menebak ruang fikir saya dengan bertanya, apakah sememangnya manusia ini, suka berdialog dengan diri sendiri, atau ia semulajadi ditanam dan tertanam dalam diri saya, awak, dan kita semua? hinggakan suatu hari, saat menuju ke satu tempat, seorang teman di sebelah katakan pada saya;

"sebab itulah agaknya, sesetengah orang memilih untuk ke pub, atau tempat-tempat yang bising, semata-mata untuk diamkan diri sendiri."

kalaulah tidak, mengapa rata-rata penulis-penulis popular, (yang kebanyakan bukunya telah diangkat sebagai best-seller), juga di kalangan orang-orang yang spiritual-nya tinggi? Haruki Murakami, misalnya. Jeff Goins, Mitch Albom, Paulo Coelho pun tidak ketinggalan! malah Rumi juga, bukan? 

bukankah ini menjelaskan, betapa kita ini gemar pada orang yang mampu mengeluarkan kita dari diri kita sendiri? juga betapa kita ini suka pada orang yang bisa menjawab soal tanya kita? atau apakah saya sahaja? oh, rumitnya! bagaimana untuk saya katakan tentang hal ini, dan mengeluarkannya dengan perkataan yang lebih mudah agar lebih jelas dan termaklum? oh Anna Quindlen, terima kasih untuk ini; "in books I have traveled, not only to other worlds, but into my own!"

juga untuk 1400 tahun dulu, bukankah Dia terlebih awal bertanya; "dan pada dirimu sendiri, mengapa tidak kamu perhatikan?" (adz-Dzariyat: 21)  

hmm jelas sekali, tentunya bukan saya saja bukan?
 

No comments: